Rabu, 09 Juni 2010

Ilmu Tentang Tanda




Pada awalnya, Plato sebagai perintis ilmu yang mempelajari tentang tanda memeriksa asal mula bahasa dan membahas bahwa bahasa merupakan sesuatu yang abstrak. Ilmu tentang tanda atau penafsir tanda tersebut akhirnya dikenal dengan istilah ”semiotik”. Ilmu ini menjelaskan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara tanda yang bersifat alami atau natural dengan tanda yang disepakati atau konvensional, contoh tanda natural adalah mendung, jika cuaca dan langit sedang dalam keadaan mendung maka sudah akan dipastikan bahwa akan turun hujan, sedangkan contoh tanda konvensional misalnya ketika kita berpendapat bahwa sesuatu bagus maka kita mengacungkan jari jempol kita.

Semiotik diciptakan dan diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913), tokoh yang berasal dari Swiss. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik.

Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.

Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning) . Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim tanda yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.

Semiotik melihat kebudayaan sebagai sistem tanda yang oleh anggota masyarakatnya diberi makna sesuai dengan konvensi yang berlaku. Kebanyakan pakar dibidang semiotik melihat semiotik hanya sebagai perangkat teori untuk mengkaji tanda, yakni sebagai sistem yang hidup dalam suatu kebudayaan. Namun ada juga yang menganggap sebagai ilmu karena sudah dapat menunjukan dirinya sebagai suatu disipilin yang mandiri, sudah memiliki perangkat metodologi yang diturunkan dari teorinya, sudah dapat menghasilkan sejumlah hipotesis dan sudah dapat digunakan untuk melakukan prediksi.

NAMA: MARLIAN
NIM: 915070150

Tidak ada komentar:

Posting Komentar