Minggu, 11 April 2010

Pertemuan VII

Problem Jurnalisme Warga


- Jurnalisme yang melibatkan dalam pencarian dan pengolaan informasi.

- Jurnalisme warga : Jurnalisme yang menempatkan warga sekarang sebagai subject.

- Medium Jurnalisme Warga??

1. Radio, televisi melakukan interaktifdengan audience.

2. Video atau Audio dari audience

3. Online media

4. Blog, twitter

  1. Fungsi media
    1. Ruang Public : ruang yang hanya relevan uantuk membicarakan urusan sosial bersama dan dibicarakan bersama-sama
    2. Institusi Sosial : media didirikan untuk memberikan informasi kepada masyarakat (mengembangkan kepentingan public)

- Isi Media sebagai ruang public

1. Berita (Ruang Public)

· Berita (dalam berbagai format)

· Wawancara

· Talk Show

Parameter

· Nilai berita

· Kode etik

2. Non berita (Ruang Privat?)

· Opini

· Surat pembaca

· Iklan

Parameter

· Kepantasan ruan publik

· Profesionalitas

· Kode etik

- Nilai berita (News Value)

1. Akutualitas

2. Akurasi

3. Keberimbangan

4. Relevansi public

5. Prominensi

6. Magnitude

7. Proksimitas

8. Kompetensi sumbaer

9. Konflik

- Kode Etik Jurnalisti

1. Berita tidak boleh berprasangka

2. mengandung konfirmasi

3. tidak sarkastis, sadistis, pornografis

4. menggunakan bahasa yang benar

- Apakah jurnalisme warga tidak dilakukan berdasarkan nilai-nilai berita dan kode etik?

- Dilema Jurnalisme Warga

1. Kecepatan vs kelengkapan dan kedalaman.

2. Partisipasi vs Esensi/kualitas jurnalistik.

3. Ruang privat vs ruang publik.

4. Urusan privat vs urusan publik

- Urgensi Jurnalisme Warga

1. Keterlibatan ruang untuk partisipasi pol. Warga

2. Pemberitaan media yang elitis : tidak banyak menyentuh urusan-urusan masyarakat di akar rumput.

3. pemilihan sumber berita pada pemberitaan media yang melulu berorientasi kepada sumber-sumber elit : Pemerintah, DPR, Pakar, Intelektual.

- Autisme Media

1. Media yang asik dengan dirinya sendiri

2. menentukan skala prioritas pemberitaan pertama-tama bedasarkan agenda, nilai.

3. media yang tidak benar

- Apa yang perlu dilakukan :

Siapapun pelaku jurnalisme warga harus memahahi benar kode etik jurnalisme.

Rabu, 07 April 2010

Pertemuan VI

Pertemuan V

“Pembangunan Sosial Budaya”

- Perkembangan yang pesat dan semakin responsif terhadap kebutuhan dan perubahan dalam masyarakat.

- Sebagai konsekuensinya, sudah selayaknya pemerintah kota memiliki rencana pembangunan sosial budaya yang dinamis, yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat, sejalan dengan tujuan reformasi menuju masyarakat yang demokratis dan sejahtera.

- Pembangunsn Sosial Budaya harus berpijak kepada komitmen untuk menerapkan konsep dan pendekatan pembangunan sosial sebagai proses humanisasi.

- Peduli terhadap aspirasi dan potensi masyarakat lokal yang berupa modal sosial, modal insani dan sumber daya alam yang dapat dikerahkan bagi kesejahteraan masyarakat.

- Perencanaan dan pelaksana pembangunan yang memiliki sikap, pengetahuan dan teknologi untuk menerapkan pembangunan sosial sebagai suatu pendekatan.

- Pembangunan sosial budaya menghasilkan tenaga pembangunan, yang mampu mendorong partisapasi masyarakat bagi suatu pembangunan yang berkelanjutan.

- Pemerintah mempunyai tanggung jawab agar demokratisasi dan kesejahteraan dapat terwujud. Adapun yang dapat dilakukan Pemerintah Kota, melalui kegiatan seperti pelayanan dan pengabdian masyarakat serta program beasiswa bagi yang tidak mampu.

- Mentalitas Masyarakat Statik
• Mentalitas masyarakat statik: orientasi kebelakang, lebih terpukau oleh masa lampau yang gemerlapan sebagaimana dalam sejarah – sejarah lama, tetapi kurang tanggap terhadap masa depan yang lebih faktual sebagai tantangan.
• Fatalistik, menyerah pada nasib, ini pun produk dari sejarah kemiskinan dan kesengsaraan umumnya yang kronis.
• Menimbulkan ketidakpercayaan diri dan ketergantungan yang besar terhadap entitas – entitas dominan.
• Kurang inovatif dan kreatif. Dalam masyarakat statik memang sulit untuk berinovasi dan berkreasi yang bermakna bagi kesejahteraan masyarakat secara luas.

- Karakter Masyarakat Statik
• Sifat indolent, lamban atau malas, banyak orang tidak merasa dikejar waktu. Beranjak dengan cepat pun tiada gunanya karena keseluruhan sistem sosial tidak mendukung atau memberikan perangsang baginya.
• Pola pikir tidak menghargai waktu atau menguasai waktu berjalan linier pula dengan pemikiran diakronik ataupun cyclus.

- Mentalitas Statik
• Menilai tinggi dan mempertahankan adat istiadat dan aturan serta prosedur.
• Kurang sadar mutu, karena terlampau terpikat pada apa yang sudah ada dan dianggap terbaik, maka mentalitas bekerja asal selesai dan asal ada hasilnya sangat menonjol.
• Sikap tertutup, kurang terbuka pada yang lain atau yang datang dari luar merupakan sikap dan perilaku yang khas.
• Pikiran atau pandangan dan cara – cara alternatif sebagai bahan pengambilan keputusan kurang dikenal dan agak sulit meyakonkan pada orang bermentalitas tradisionalistik.
• Mentalitas kebersamaan sangat menonjol dibanding individual . kebersamaan itu sendiri sebagai sikap dan perilaku memang mengandung nilai – nilai yang baik .
• Namun jika direntang terlampau jauh, memang menimbulkan mentalitas Konformisme dan penyakit ketergantungan serta mematikan sikap kemandirian.

Pertemuan IV

Leadeship dan Komunikasi

Dosen : Bpk. Paninto

Tokoh

· Soekarno

· Soeharto

· B.J. Habibie

· K.H. Abdurachman W.

· Megawati Soekarno Putri

· Susilo Bambang Yudhoyono

· Obama (presiden Amerika Serikat)

· Margareth L. (perdana mentri Inggris)

Rapat DPR Memalukan

Mereka sebagai public figure, apa yang mereka lakukan akan menjadi contoh. Tetapi pada saat rapat apa yang mereka lakukan ering kali memalukan. Notabene menjadi wakil rakyat, tetapi mereka hidup tidak merakyat (high class).

Sidang DPR ricuh, “Tingkat peradaban kita masih agak kampung” ungkap jimmy.

Resonansi

Mark Loehr, Peristiwa WTC 11 september 2001

Resonansi adalah mengemukakan suara, ada yang disebut seresonansi (sumbang)

Mark Loehr seorang exekutif perusahaan teknologi kaya, menyatakan bahwa ia menyumbang $1.000.000 dan mengirim email kepada teman-temannya untuk memberikan sumbangan. Ini yang disebut dengan resonansi.

4 Inti / DOMAIN kecerdasan emosi dan kompetensi diri yang terkait.


  1. Kompetensi Pribadi:

kemampuan-kemampuan ini menentukan bagaimana kita mengelola diri kita sendiri.

Kesadaran diri:

- Kesadaran diri emosi » kesadaran diri emosi yaitu membaca diri sendiri dan mengenali dampaknya.

- Penilaian diri yang akurat » mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri.

- Kepercayaan diri » kepekaan yang sehat mengenai harga diri dan kemampuan diri.

Pengelolaan diri:

- Kendali diri emosi » mengendalikan emosi dan dorongan yang meledak-ledak.

- Transparansi » menunjukan kejujuran dan integritas; kelayakan untuk dipercaya.

- Kemampuan menyesuaikan diri » kelenturan dalam beradaptasi dengan perubahan situasi atau mengatasi perubahan.

- Pencapaian » dorongan untuk memperbaiki kinerja untuk memenuhi standar prestasi yang ditentukan oleh diri sendiri.

- Inisiatif » kesiapan untuk bertindak dan menggunakan kesempatan.

- Optimisme » Melihat sisi positif suatu peristiwa.

2. Kompetensi sosial:

kemampuan ini menentukan bagaimana kita mengelola hubungan.

Kesadaran Sosial:

- Empati » merasakan emosi orang lain

- Kesadaran organisasi » membaca apa yang terjadi.

- Pelayanan » mengenai dan memenuhi kebutuhan pengikut, klien atau pelanggan.

Pengelolaan Relasi :

- Kepemimpinana yang inspirasi

- Pengeruh

- Mengembangkan orang lain

- Katalis perubahan

- Pengelolaaan konflik

- Membangun ikatan

- Kerja kelompok dan kolborasi.


Gaya Kepemimpinan (Membangun Resonansi)

- Visioner:

  1. Bagaimana gaya ini membangun resonansi: menggerakan orang-2 arah impian bersama.
  2. dampak terhadap iklim emosi paling positif
  3. kapan penggunaan yang tepat: ketika perubahan membutuhkan visi baru atau ketika dibutuhkan dengan jelas.

- Pembimbing

  1. Bagaimana gaya ini membangun Resonansi : Menghubungkan apa yang diinginkan seorang – 2 dengan sasaran organisasi
  2. dampak terhadap iklim emosi sangat positif.
  3. kapan penggunaan yang tepat : Ketika membantu karyawan.

Neurologi Kepemimpinan (Fungsi Otak)

  • Fungsi Otak kiri
  1. Pemikiran analistik
  2. Logika
  3. Bahasa
  4. Sains & Matematik

  • Fungsi otak kanan
  1. Pemikir holistik.
  2. Inuisi/insting
  3. Kreatifitas
  4. Seni dan musik

Emosi

1. Limbic System

- Cingulate cortex

- Femix

- Frontal cortex

- Septum

- Olfactory bulb

- Mammilliary body

- Amygdala

- Corpus

Menurut Dr.Kenneth Lyen setidaknya ada 7 penyakit :

  1. Dileksia : Gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan mengenali dan memahami bahasa tertulis ketika membaca, menulis dan mengeja.
  2. Bipolar : Penyakit bipolar atau Bipolar disorder, selain itu dikenal sebagai manic depression atau bipolar depression, adalah penyakit suasan hati (keadaan jiwa) yang relatif umum.
  3. Schizofrenia : Sebuah penyakit otak yang mengakibatkan perubahan perilaku dramatis terjadi dalam waktu beberapa hari atau minggu atau bertahun-tahun lamanya. Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespon pesan/rangsangan yang datang.
  4. Obsesif – Compulsive Disurder : Tekanan untuk berfikir dan berperilaku terus memerus.
  5. Autistic Savant : Menghitung cepat, kemampuan mekanik, seni lukis atau patung, musik.
  6. terminal illness : Penyakit terminal dapat memicu respons emosional yang luar biasa pada penderitamya.
  7. Epilepsi : atau ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara mendadak dan biasanya berkala dengan perubahan kesadaran.

Pertemuan III

Pertemuan II

“Perbedaan Komunikasi Gender”

- A gender difference is a distinction of biological and / or physiological characteristics typically associated with either males or females of a species in general.

- Gender and sex are not synonyms.

- "Women" and "men" refer to sex.

- "Feminine" and "masculine" refer to gender.

- Women, men, male, and female are words that specify sexual identities, which biology determines."

- The gender distinctions of masculine and feminine are based on socially constructed meanings for sex.

- From conception to death, but particularly before adulthood, females are less vulnerable than males to developmental difficulties and chronic illnesses.

- This could be due to females having two x chromosomes instead of just one or in the reduced exposure to testosterone.

- Communication
• Masculine and feminine cultures and individuals generally differ in how they communicate with others.
• For example, feminine people tend to self-disclose more often than masculine people, and in more intimate details.
• Feminine people tend to communicate more affection, and with greater intimacy and confidence than masculine people.
• Generally speaking, feminine people communicate more and prioritize communication more than masculine.
• Traditionally, masculine people and feminine people communicate with people of their own gender in different ways.
• Masculine people form friendships with other masculine people based on common interests, while feminine people build friendships with other feminine people based on mutual support.
• Both genders initiate opposite-gender friendships based on the same factors. These factors include proximity, acceptance, effort, communication, common interests, affection and novelty.
• Context is very important when determining how we communicate with others. It is important to understand what script it is appropriate to use in each respective relationship.
• Feminine people do not mind communicating weakness and vulnerability. In fact, they seek out friendships more in these times.
• For this reason, feminine people often feel closer to their friends than masculine people do.
• Feminine people tend to value their friends for listening and communicating non-critically, communicating support, communicating feelings of enhances self-esteem, communicating validation, offering comfort and contributing to personal growth.
• Feminine people tend to communicate with each other face-to-face (i.e. meeting together to talk over lunch).
• Communicating with a friend of the opposite gender is often difficult because of the fundamentally different scripts that masculine people and feminine people use in their friendships.
• Another challenge in these relationships is that masculine people associate physical contact with communicating sexual desire more than feminine people.
• Masculine people also desire sex in their opposite-gender relationships more than feminine people.
• This presents serious challenges in cross-gender friendship communication.
• In order to overcome these challenges, the two parties must communicate openly about the boundaries of the relationship.

- Communication and gender cultures
• A communication culture is a group of people with an existing set of norms regarding how they communicate with each other.
• These cultures can be categorized as masculine or feminine. Other communication cultures include African Americans, older people, Indian Native Americans, gay men, lesbians, and people with disabilities.
• Gender cultures are primarily created and sustained by interaction with others. Through communication we learn about what qualities and activities our culture prescribes to our sex.
• While it is commonly believed that our sex is the root source of differences and how we relate and communicate to others, it is actually gender that plays a larger role.
• Whole cultures can be broken down into masculine and feminine, each differing in how they get along with others through different styles of communication.
• Julia T. Wood's studies explain that "communication produces and reproduces cultural definitions of masculinity and femininity."
• Masculine and feminine cultures differ dramatically in when, how and why they use communication. In order to communicate effectively across cultures and genders, we must bridge these communication gaps.

- Communication styles
Deborah Tannen’s studies found these gender differences in communication styles:
• Masculine people tend to talk more than feminine people in public situations, but feminine people tend to talk more than masculine people at home.
• Feminine people are more inclined to face each other and make eye contact when talking, while masculine people are more likely to look away from each other.
• Masculine people tend to jump from topic to topic, but feminine people tend to talk at length about one topic.
• When listening, women make more noises such as “mm-hmm” and “uh-huh”, while masculine people are more likely to listen silently.
• Feminine people are inclined to express agreement and support, while masculine people are more inclined to debate.

- Finally, Wood describes how different genders can communicate to one another and provides six suggestions to do so.

- Individuals should suspend judgment. When a person finds his or herself confused in a cross-gender conversation, he or she should resist the tendency to judge and instead explore what is happening and how that person and their partner might better understand each other.

- Recognize the validity of different communication styles. Feminine tendency to emphasize relationships, feelings and responsiveness does not reflect inability to adhere to masculine rules for competing any more than masculine stress on instrumental outcomes is a failure to follow feminine rules for sensitivity to others. Wood says that it is inappropriate to apply a single criterion - either masculine or feminine - to both genders' communication. Instead, people must realize that different goals, priorities and standards pertain to each.

- Provide translation cues. Following the previous suggestions helps individuals realize that masculine and feminine people tend to learn different rules for interaction and that it makes sense to think about helping the other gender translate your communication. This is especially important because there is no reason why one gender should automatically understand the rules that are not part of his or her gender culture.

- Seek translation cues. Interactions can also be improved by seeking translation cues from others. Taking constructive approaches to interactions can help improve the opposite gender culture's reaction.

- Enlarge your own communication style. By studying other culture's communication we learn not only about other cultures, but also about ourselves. Being open to learning and growing can enlarge one's own communication skills by incorporating aspects of communication emphasized in other cultures. According to Wood, individuals socialized into masculinity could learn a great deal from feminine culture about how to support friends. Likewise, feminine cultures could expand the ways they experience intimacy by appreciating "closeness in doing" that is a masculine specialty.

- Wood reiterates again, as her sixth suggestion, that individuals should suspend judgment. This concept is incredibly important effective cross-gender communication. because judgment is such a part of Western culture that it is difficult not to evaluate and critique others and defend our own positions. While gender cultures are busy judging other gender cultures and defending themselves, they are making no headway in communicating effectively. So, suspending judgment is the first and last principle for.

Pertemuan I